Senin, 16 November 2015

MENGENAL LEBIH DEKAT BUNG TOMO



PROFILE BUNG TOMO


 Bung Tomo Saat siaran di Radio Pemberontak


Sutomo atau Bung Tomo lahir di Kampung Blauran Surabaya 3 Oktober 1920. Masa remaja Bung Tomo dihabiskan dengan aktif di Gerakan Kepanduan Indonesia.  Menginjak dewasa Sutomo banyak berkecimpung di dunia  pers. Sutomo adalah wartawan Freelance untuk harian Soeara Oemoem di Surabaya (1937). Sebagai penulis dan wartawan untuk harian berbahasa Jawa, Express di Surabaya (1939). Sebagai redaktur mingguan Pembela Rakyat (1938). Serta Wakil Pimpinan Redaksi kantor berita Pendudukan Jepang DOMEI  untuk wilayah Jawa Timur. Hingga pada tahun 1945 setelah proklamasi kemerdekaan, Sutomo menjadi Pimpinan Kantor Berita Antara Surabaya.

MENDIRIKAN KANTOR BERITA ANTARA BIRO SURABAYA

Setelah Jepang menyerah dan Indonesia memproklamirkan kemerdekaan. Para karyawan kantor Berita Domei seperti bekerja tanpa kepemimpinan. Sehingga para karyawan kantor Berita Domei yang berkantor di Gedung Pelni Jalan Pahlawan Surabaya bersama-sama boyongan untuk pindah ke Jalan Tunjungan 100 pada tanggal 1 September 1945. Mereka-mereka yang menempati gedung tersebut adalah Bung Tomo, RM Bintarti, Amin Lubis, Wiwiek Hidayat, Lukitaningsih, Hidayat, Samsul Arifin, Mashud, Jacub, Abdul Wahab, Tuty Agustina, Soewaji, Carnadi, Sudjoko, Sukarsono, Sutoyo,  Suwardi, Sumardjo, Petruk Sumadji, Fakih Hasan, Ali Urip, Mulyaningsih, Kusnendar, W.A Saleh, Sumadi, Gadio Atmosantoso, Hasan Basri, Suwarji, Alimun, Sudarmo, Kuntoyo, Samidjo, Rahmad, Sofyan Tanjung, Moh Sin, Giman, Sumarsono, Wiyo Sumarto, Rifai, Ismail, Persia Bintarti, Sudardjo Anwar Idris, dsb. Kemudian mantan karyawan kantor berita Domei tersebut menjelma menjadi kantor berita Antara –Surabaya. 

AWAL MULA  LAHIRNYA RRI 


Monumen Pers Perjuangan/Kantor Berita Antara Biro Surabaya 1945

Sementara itu setelah tanggal 22 Agustus 1945, Dinas Siaran Radio Soerabaja Hosyo Kyoku secara de facto telah di kuasai Republik. Radio Soerabaja yang bertempat di Jalan Pemuda adalah Pemancar Radio Era Pendudukan Jepang di Surabaya  setelah sebelumnya bernama NIROM (Netherland Indiische Radio Omroep).  Pada tanggal 18 Agustus jam 19.00 , Radio Soerabaja pertama kali mengumumkan teks proklamasi dengan menggunakan bahasa Madura dengan tujuan mengelabui Kempetai mengingat petugas dari Kempetai selalu mengawasi siaran radio saat itu. Hingga pada tanggal 19 Agustus pada saat Petugas dari Kempetai lengah, Proklamasi dapat diumumkan dalam bahasa Indonesia.  Selanjutnya kedua instansi ini kantor Berita Antara Surabaya dan  RRI Soerabaja senantiasa menggalang kekuatan bersama untuk memberi semangat perjuangan kepada Rakyat Surabaya melawan Penjajah.


Setiap kegiatan dan peristiwa penting selalu dikabarkan oleh RRI dan kantor Berita Antara. Termasuk pada saat Rapat Akbar di Pasar Turi tanggal 17 September maupun di Tambaksari pada tanggal 21 September.  Hingga pada tanggal 27 September Radio Soerabaja resmi menjadi Radio Republik Indonesia (RRI).

MENDIRIKAN SIARAN RADIO PEMBERONTAK

Pada tanggal 12 Oktober 1945, setelah tiba dari Jakarta menemui para pemimpin Republik,  Sutomo mendirikan Radio Pemberontak. Sehingga Peranan  RRI-Surabaya dan Antara-Surabaya sangat besar dalam perjuangan saat itu. Saat Bung Tomo melakukan siaran dari Radio Pemberontak, RRI membantu merelay siaran Bung Tomo. Rangkaian Pidato Bung Tomo yang dilakukan hingga pertengahan Bulan Oktober 1945 sebenarnya dilakukan di dalam studio RRI tetapi diseting sedemikian rupa seolah-olah RRI sedang merelay siaran Radio Pemberontak.


Sebelum melakukan Relay pidato Bung Tomo, penyiar RRI Surabaya selalu mengatakan, “Sesaat lagi kami akan menyiarkan pidato Bung Tomo yang dipancarkan dari Radio Pemberontak.”  Dilanjutkan oleh suara Soemiati telefonis RRI Surabaya (adik Bung Tomo) mengaku sebagai penyiar Radio Pemberontak membuka siaran dengan kalimat “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, disini pemancar Radio Pemberontak, Bung Tomo akan segera tampil mengucapkan pidato.”

 

SIASAT BUNG TOMO DAN PEMILIHAN LAGU "TIGER RAY"

Bung Tomo meminta agar sebelum dia berpidato , diputar musik berirama mars.  Akan tetapi para petugas tidak bisa menyediakan pilihan lagu tersebut. Hingga Des Alwi, kepala kompi Combat Intellegence (CI)  yang juga ahli dalam bidang radio menawarkan lagu berirama musik khas Hawaii dengan judul “Tiger Ray”. Bung Tomo pun menyetujuinya. Kamuflase ini termasuk pemutaran musik “Tiger Ray” diperlukan untuk menghindari kemungkinan tuduhan dari Sekutu bahwa pidato Bung Tomo merupakan pendapat resmi dari Pemerintah Republik.
Sandiwara relay antara RRI dan Radio Pemberontak ini terus dilakukan hingga RRI memberikan bantuan peralatan radio kepada Bung Tomo. Sehingga Bung Tomo memiliki satu set peralatan pemancar radio pemberian RRI dan melakukan siaran pada tanggal 20 Oktober 1945. Sementara untuk mempertahankan ciri khas Radio Pemberontak, Bung Tomo selalu mengawali pidatonya dengan musik “Tiger Ray”.

MENDIRIKAN BPRI

Bung Tomo, bersama Kantor Berita Antara_Surabaya, Radio Pemberontak serta Barisan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI) yang dipimpinnya, senantiasa mengobarkan semangat juang pemuda di Surabaya pada saat itu.  Setiap kata-kata Bung Tomo seperti sihir, mampu menggerakkan ribuan massa pemuda Surabaya. Tanpa mengenal takut dan bahkan tidak lari meski dihujani tembakan tentara Inggris.

Semula posisi Bung Tomo adalah sebagai kepala bagian Penerangan PRI (Pemuda Republik Indonesia). Tetapi hanya selang beberapa hari, Sutomo menyatakan keluar. Bersama teman-temannya, Sutomo membentuk kesatuan tersendiri bernama BPRI (Badan Pemberontak Republik Indonesia). Jumlah mereka hanya sekitar seratus orang dengan senjata tidak lebih dari 30 pucuk. Tetapi seluruh anggota BPRI adalah loyalis dan siab berjibaku menjaga keselamatan Bung Tomo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar