Selasa, 08 Desember 2015

Benteng Kali Dawir Surabaya

 MELACAK JEJAK BENTENG PERTAHANAN DI SURABAYA


Benteng Kali Dawir adalah salah satu Benteng Pertahanan di daerah Kali Dawir / Semarung / Jelebug Surabaya yang dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1900an.

Benteng Kalidawir

Courtessy of Roodebrug Soerabaia

Senin, 07 Desember 2015

Benteng Benteng Surabaya dalam Foto

Benteng Benteng Surabaya (Kedung Cowek) dalam Foto

Rekan-rekan Roodebrug telah beberapa kali melakukan kunjungan dan penelitian Benteng Kedung Cowek. Berikut ini adalah beberapa foto kegiatan pada 10 Januari 2013.

Benteng Kedung Cowek courtessy of Roodebrug Surabaya

Benteng Kedung Cowek courtessy of Roodebrug Surabaya

Benteng Kedung Cowek courtessy of Roodebrug Surabaya

Benteng Kedung Cowek courtessy of Roodebrug Surabaya

Benteng Kedung Cowek courtessy of Roodebrug Surabaya

Benteng Kedung Cowek courtessy of Roodebrug Surabaya

follow dan like FP Benteng Benteng Surabaya disini

Minggu, 22 November 2015

Benteng - Benteng Surabaya


Benteng Kedung Cowek

Diskusi Buku Benteng - Benteng Surabaya

 Pada hari Sabtu , 21 Nopember 2015 berlangsung acara diskusi buku "Benteng-Benteng Surabaya" di House of Sampoerna. Acara tersebut dihadiri oleh penulis buku Benteng-Benteng Surabaya yaitu mas Ady Setyawan serta beberapa peserta penggiat sejarah di kota Surabaya dan sejumlah wartawan.

Di acara tersebut mas Ady melakukan presentasi materi dari buku tersebut. Juga diungkapkan bahwa Benteng Pertahanan di Surabaya sudah mulai dibangun oleh Belanda di awal tahun 1800an. Data tersebut berdasarkan cetak biru yang diperoleh oleh Ady Setyawan dari Perpustakaan  Nasional Belanda.

Awal dari pencarian tentang Benteng-Benteng Belanda di Surabaya tersebut sebenarnya bermula dari keinginan Ady untuk mencari tahu tentang sejarah keberadaan Benteng Kedung Cowek yang hingga kini masih kokoh berdiri namun tak terawat di pesisir utara kota Surabaya. Bersama sahabatnya Marjolein, Ady berangkat di tahun 2011 menuju Belanda. Walaupun tidak mewakili institusi apapun , Ady dan Marjolein berhasil meyakinkan pegawai di Perpustakaan Nasional Belanda untuk membantu mereka menemukan data tentang Benteng Kedung Cowek Surabaya.

Setelah berhasil menemukan Cetak Biru tentang Benteng Kedung Cowek. Ady juga menemukan data bahwa di Surabaya juga berdiri benteng-benteng pertahanan peninggalan Belanda yang lain. Jumlahnya terdapat 11 Benteng dan Benteng-Benteng tersebut tersebar di Surabaya serta satu Benteng di Gresik.

diskusi buku benteng-benteng surabaya

berlanjut

Senin, 16 November 2015

Teatrikal Pertempuran Surabaya 10 Nopember 1945 di Parade Juang 2015

Parade Juang 2015 Surabaya 

Parade Juang 2015 kali ini kembali menggelar aksi teatrikal Pertempuran Surabaya 10 Nopember 1945. Dengan mengambil tema utama pertempuran di alun alun Contong. Salah satu titik pertahanan yang mendapatkan gempuran hebat dari tentara Inggris dari darat, laut dan udara.



Pertempuran di Alun-alun Contong 

Mengutip dari laman website Roodebrug :

Pertempuran di Alun-Alun digambarkan sebagai berikut :
.................keadaan di alun alun contong sangat memprihatinkan, para korban berjatuhan dan kelompok PMI sama sekali tak berdaya menolong akibat pengeboman yang terus menerus terhadap area itu, genangan darah, potongan potongan tubuh bercampur dengan suara erangan kesakitan dan dentuman tembakan artileri inggris.............


Reka Ulang Pertempuran 10 Nopember 2015

Dengan menggunakan baju dan asesoris yang otentik, bersama komunitas Roodebrug dan para penggiat Sejarah kepahlawanan serta Reenaktor Indonesia berkumpul di Surabaya untuk memperingati hari Pahlawan 10 Nopember 1945. Aksi Teatrikal Reka Ulang tersebut berlangsung di sepanjang jalan utama Surabaya mulai Tugu Pahlawan, Alun-alun Contong, Tunjungan, Pemuda, hingga Balaikota  dengan menempuh jarak sekitar 3 km.



Peristiwa Peristiwa Penting Sebelum 10 Nopember 1945 di Surabaya


Peristiwa Peristiwa Penting Sebelum 10 Nopember 1945 di Surabaya


Banyak peristiwa penting yang terjadi sebelum peristiwa 10 Nopember 1945. Pengambil alihan kekuatan militer Jepang di Jawa Timur berhasil dilakukan oleh para Pemuda hanya dalam hitungan hari. Hal ini tentu tak pernah diperkirakan oleh pihak Sekutu sebelumnya. Praktis pada bulan Oktober kota-kota Jawa Timur, khususnya kota Surabaya telah berada dalam kendali penuh pemerintahan Republik.

Banyak orang menyebutkan bahwa apa yang terjadi di Surabaya mirip dengan apa yang terjadi pada Revolusi Perancis oleh Napoleon Bonaparte. Tetapi gelombang revolusi yang terjadi di Surabaya terjadi sangat cepat dan berlangsung hanya dalam hitungan hari. Kondisi ini membuat informasi mata-mata Inggris yang dijadikan Laksamana Mounbatten sebagai dasar pengambilan keputusan berubah menjadi sebuah kesalahan besar. “Informasi yang dipegang oleh Intelijen SEAC di Singapura menyebutkan “Surabaya  hanya akan dipertahankan oleh rakyat awam yang sama sekali belum bisa memegang senjata api dengan benar. Selain itu, mereka menamakan diri pemerintahan Republik Indonesia dan sama sekali belum memiliki pasukan militer.” Berdasarkan informasi mata-mata yang tidak akurat, Keputusan Mounbatten mengirim Mallaby yang kurang berpengalaman di garis depan ke kota Surabaya dikemudian hari berakhir menjadi sebuah bencana.

Mari kita urai satu persatu apa yang terjadi di Surabaya, sebelum pecah perang 10 Nopember 1945.

17 Agustus 1945
·         Berita Proklamasi yang terjadi di Jakarta dikirim melalui kode Morse ke kantor berita Domei Jl.Pahlawan no. 29 jam 11 pagi.  Oleh kantor berita Domei, informasi tersebut diselundupkan oleh karyawan kantor Berita Domei kepada surat kabar Suara Asia Jalan Pahlawan no. 31.  Karyawan Domei saat itu beberapa diantaranya adalah Sutomo (Bung Tomo), Pak Yacob, RM Bintarti, Astuti Kabul (kemudian menjadi istri A.Azis pemilik Surabaya  Post). Serta karyawan Suara Asia adalah Mohammad Ali adik Imam Suparti (kemudian menjadi pemilik  Penjebar Semangat).
·         Oleh Suara Asia berita tersebut dibikin pamflet-pamflet dan selebaran dan disebar keseluruh Jawa Timur.


18 Agustus 1945
·         Karyawan Radio Hosho Kyoku berhasil menyiarkan berita proklamasi kemerdekaan dalam bahasa madura pada jam 19.00 Pemilihan bahasa madura adalah siasat untuk mengelabui tentara Jepang yang setiap saat mensensor pemberitaan. Saat itu tentara Jepang yang menjaga Radio Hosho Kyoku hanya menguasai Bahasa Indonesia.
·         Surabaya Hosyo Kyoku adalah Stasiun Radio di Surabaya yang berada di Jalan Pemuda.  Surabaya Hosyo Kyoku dulu pada masa Belanda bernama NIROM Soerabaja (Netherland Indiische Radio Omroep)
·         Di jakarta dilakukan pembubaran PETA dan Heiho oleh tentara Jepang. PETA (Pembela Tanah Air adalah orang-orang Indonesia yang dilatih kemiliteran oleh Jepang dan bertugas untuk menjaga daerahnya masing-masing. Sementara Heiho adalah orang-orang Indonesia yang dilatih Jepang untuk ikut maju berperang di garis depan.  Mereka inilah yang kemudian menjadi tulang punggung kekuatan militer Republik pada masa revolusi.

19 Agustus 1945
·         Pemberitaan Proklamasi dalam bahasa Indonesia bisa dilakukan oleh Radio Surabaya pada tanggal 19 Agustus pada saat penjagaan Jepang lengah.
·         Pengibaran bendera merah putih di Markas Polisi Istimewa di Jalan Coen Boulvard (St. Louis Dokter Sutomo) dilakukan oleh  Agen Polisi III Nainggolan

Stasiun Radio Nirom


20 Agustus 1945
·         Secara resmi, Pimpinan Polisi Istimewa karesidenan Surabaya M. Yasin merasa sudah tidak terikat oleh Jepang. Pengibaran Bendera Merah Putih tetap dilakukan di depan Kantor Polisi Istimewa. Satuan Polisi Istimewa adalah kesatuan aparat Internasional yang dipersiapkan menyambut peralihan kekuasaan dari Jepang ke Sekutu. 

Aksi Polisi Istimewa 


21 Agustus 1945
·         Satuan Polisi Istimewa atau disebut Tokubetsu Kaisatsu Tai menyatakan diri sebagai Polisi Republik Indonesia dan tidak terikat oleh ketentuan Internasional. Komandan Polisi Istimewa Takata dan Nishimoto menyatakan mereka melepas tanggung jawab kesatuannya. Demi keselamatan, mereka disarankan tidak meninggalkan rumah dinasnya. Sedangkan semua persenjataan diamankan keluar kota yaitu Ngoro dan Sidoarjo. Beberapa persenjataan mulai dari jenis ringan dan persenjataan berat diperoleh. Termasuk beberapa truk dan kendaraan lapis baja. 


22 Agustus 1945
·         Secara defacto  , Radio Surabaya Hosyo Kyoku secara de facto telah berubah menjadi Radio Republik Indonesia (RRI Surabaya).


23 Agustus 1945
·         Atas instruksi Presiden Soekarno untuk membentuk Komite Nasional Indonesia. Di Surabaya dipelopori oleh Angkatan Moeda Indonesia dan dilakukan rapat selama 3 hari selama 25-27 Agustus 1945 di Gedung Nasional indonesia (GNI) Jalan Bubutan no.87.  Rapat selama 3 hari tersebut menghasilkan susunan kepengurusan Ketua : Doel Arnowo, Wakil ketua : Bambang Soeparto dan Mr.Dwidjosewojo. Penulis : Roeslan Abdul Gani. Diikuti oleh beberapa anggota diantaranya : Dr. Angka Nitisastra, Radjamin Nasution dan Masmuin. Dalam rangka menyambut sidang pertama KNI di Jakarta 29-31 Agustus, KNI menyerukan kepada rakyat Surabaya untuk mengibarkan bendera Merah Putih. Pengibaran Bendera Merah Putih ini dilarang oleh Satuan Polisi Jepang yang terkenal bengis yaitu Kempetai dengan menyebarkan pamflet-pamflet larangan. Tetapi oleh rakyat Surabaya pamflet-pamflet tersebut disobek-sobek dan tetap mengibarkan bendera Merah Putih. Peristiwa ini oleh Ruslan Abdulgani dikenang sebagai Flaggen Actie. Mulai tanggal ini, Rakyat di kampung-kampung kota Surabaya telah mengibarkan Bendera Merah Putih tanpa rasa takut kepada Jepang.


24 Agustus 1945
·         Secara resmi para pembesar Jepang membacakan tentang berakhirnya Perang dan pernyataan Tenno Heika dan Seiko Sikikan di hadapan Pamong Praja. Bergeraklah para pemuda Indonesia yang di bawah naungan AMI (Angkatan Muda Indonesia pimpinan Ruslan Abdulgani) yang sejak proklamiran 17 Agustus 1945 selalu mencari keterangan, berani merebut kekuasaan dari tangan Jepang.


26 Agustus 1945
·         Para Interniran yang berada di Gunung sari berhasil membebaskan diri atas usaha sendiri. Mereka menemukan bahwa Surabaya telah porak poranda dan rumah-rumah mereka telah ditempati oleh orang lain. Sehingga tujuan mereka adalah Palang Merah Internasional di Jalan Tunjungan yang dipimpin oleh Ir. ME Keller, Konsul Swiss di Surabaya. Sebagian dari mereka berusaha menempati rumah mereka kembali dan mencari sisa-sisa harta yang ada dan berharap serta menunggu kembalinya pemerintahan Hindia – Belanda.


28 Agustus 1945
·         Tercapai kesepakatan antara Inggris dan Belanda melalui CAA (Civil  Affairs Agreement).  Yaitu inggris akan membantu Belanda mengembalikan kekuasaan atas Hindia Belanda = Indonesia. Dengan adanya CAA tersebut, orang-orang Belanda leluasa menggunakan atau membonceng sekutu dengan menjadi anggota RAPWI (Rehabilitation Allied Prisoner of War and Internees dan Intercross (Palang Merah Indonesia). Selain itu orang-orang Belanda dimasukkan kedalam tentara Inggris yang datang ke Indonesia.
·         Akhir bulan Agustus sebuah pesawat sekutu berputar-putar di atas kota Surabaya. 


1 September 1945
·         Karyawan Kantor Berita Domei pindah kantor dari Jalan Pahlawan ke Jalan Tunjungan 100. Selanjutnya mereka menjadi kantor Berita Antara – Surabaya. Pimpinan Redaksi Kantor Berita Antara pada saat itu adalah Sutomo (Bung Tomo)
·         Para mahasiswa kedokteran gigi memutuskan untuk mengibarkan bendera Merah Putih di tiang bendera di atas kantor Gubernur Jawa Timur depan markas Kempetai. Kantor Gubernur tersebut masih diawasi langsung oleh Kempetai sehingga rencana pengibaran harus dilakukan mendadak. Setelah berhasil mengibarkan bendera Merah Putih, para mahasiswa tersebut mengamati dari kejauhan. Ternyata tidak ada gangguan dari pasukan Kempetai di seberang jalan.



2 September 1945.
·         Dibentuk Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP) dan Badan Keamanan Rakyat (BKR) bertempat di bekas gedung Badan Pembantu Prajurit (BPP) Jalan Kaliasin 121 (Jl. Basuki Rachmat). Rapat dihadiri hampir semua bekas pimpinan PETA, Heiho, kaum pergerakan dan lain-lain. Antara lain: Suryo (bukan Gubernur Suryo), Sutopo, Mohammad, Katamhadi, Rono Kusumo, Kunkiyat, Sungkono, Mustopo, Kholil Thohir, Yonosewoyo, Abdul Wahab, Usman Aji, Sutomo (Bung Tomo). BPKKP terbentuk dengan Dul Arnowo sebagai ketua, Daidantjo Mohammad (wakil), Daidantjo Sutopo (bagian umum), Notoamiprodjo dan Abdul Syukur (bagian keuangan). BKR terbentuk dengan Daidantjo Drg. Mustopo (ketua), Sunarso (bekas pegawai BPP, bagian tunjangan), dibantu bagian penerangan adalah: Daidantjo Katamhadi, Cudantjo Abdul Wahab, wartawan Antara Sutomo (Bung Tomo).


4 September 1945.
·         Penyempurnaan susunan BKR yang dirapatkan di GNI Jl. Bubutan 87 oleh para Daidantjo, Cudantjo dan Shodantjo menghasilkan tiga eselon BKR, yaitu BKR Jawa Timur, BKR Karesidenan, dan BKR Kota Surabaya. Pemimpin-pemimpinnya yang disahkan adalah: BKR Jawa Timur: Moestopo (panglima), Suyatmo (staf umum), Mohamad Mangundiprojo (urusan darat), Atmaji (urusan laut), Suyono Prawirobismo (polisi, penerangan), Suryo (keuangan/perlengkapan), Dr.Sutoyo (kesehatan), dll. BKR Karesidenan Surabaya Ketua Abdul Wahab (cudantjo), wakil ketua Yonosewoyo, dll. BKR Kota Surabaya: Ketua Sungkono.


15 September 1945
·         RAPWI datang ke Surabaya dan bermarkas di Hotel Yamato Jalan Tunjungan. Sejak hari itu Hotel Yamato ramai dengan orang-orang bule, dan mereka juga mengendarai mobil atau truck baru dengan tulisan RAPWI. Untuk menghindari kecurigaan sebagian dari mereka juga datang sebagai  Intercross (Palang Merah Internasional). Sebagian dari mereka terjun payung di daerah Gunung sari tempat orang Belanda dijadikan tawanan perang oleh Jepang. Kemudian orang-orang interniran ini dibawa ke Hotel Yamato.
·         Aktivitas meningkat baik di Hotel Yamato maupun di Gedung Intercross, keduanya berada di jalan Tunjungan. Dengan sombong beberapa orang Bule mengusir orang-orang Indonesia yang lewat di depan Hotel. Tindakan ini justru menimbulkan ketidaksukaan dari Penduduk Surabaya.


17 September 1945
·         Rapat Umum di Pasar Turi, memperingati 1 bulan kemerdekaan Republik Indonesia



18 September 1945

Abdul Wahab Saleh Fotografer Antara

·         Bung Tomo dan Abdul Wahab dari kantor Berita Antara Surabaya jalan Tunjungan 100 yang berseberangan letaknya mendatangi Hotel Yamato. Bermaksud mewawancarai dan mencari informasi apa yang terjadi, justru sikap permusuhan yang didapat. Saat itu terlihat sudah sangat banyak orang-orang Inggris dan Interniran menginap di Yamato. Ketika Abdul Wahab mengambil beberapa foto didalam ruang Hotel Yamato, Abdul wahab justru mendapatkan tinju dan dihajar oleh beberapa Indo-Belanda karena menganggap dia sebagai mata-mata. Dengan berteriak dalam bahasa Inggris, Bung Tomo berkata bahwa dia adalah wartawan Antara dan bertanggung jawab bahwa Abdul Wahab bukanlah mata-mata.  Akhirnya Abdul Wahab dilepas tetapi mereka para Indo-Belanda meminta dengan paksa film di dalam kamera. 

·         Pada malam hari, Orang-orang Belanda yang ada  di Yamato mengibarkan Bendera Merah Putih Biru. Karena malam hari, aksi ini luput dari perhatian masyarakat Surabaya

19 September 1945
·         Pagi hari tampak masyarakat Surabaya mulai berkerumun di dekat Hotel Yamato karena melihat Bendera Merah Putih Biru berkibar kembali. Peristiwa monumental dan tonggak kebangkitan Pemuda di Surabaya akhirnya pecah. Terdengar letusan pistol, pemuda semakin nekat. Bentrokan terjadi. Beberapa pemuda nekat menerobos masuk kedalam hotel. Beberapa pemuda gagal menggapai puncak menara, tiba-tiba muncul beberapa tangga. Tak lama kemudian warna biru disobek oleh para pemuda, menyisakan bendera Sang Saka Merah Putih. Seketika itu Bung Tomo naik ke loteng Gedung Antara Surabaya, Jalan Tunjungan no.100. Memimpin pemuda untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya. Peristiwa ini adalah tonggak sejarah. Karena peristiwa inilah para Pemuda di Surabaya menyadari bahwa Belanda masih ingin kembali menjajah Indonesia. Bayang-bayang pahitnya dijajah Jepang serta keinginan yang kuat untuk hidup sebagai bangsa yang merdeka membangkitkan semangat Arek-arek Suroboyo untuk memegang kendali penuh Kota Surabaya sebelum Belanda datang kembali. Korban di pihak Republik gugur 4 orang pemuda Sidik, Mulyadi, Hariono dan Mulyono. Sementara di pihak Belanda  Mr. Ploegman tewas.

·         Pada peristiwa 19 September di Hotel Yamato, para pemuda masih belum memiliki persenjataan. Rata-rata para pemuda yang berkumpul di depan Hotel Yamato masih berbekal bambu runcing dan senjata tajam seperti pedang, klewang dan senjata tajam seadanya. Kekuatan militer pada saat itu hanya dimiliki oleh Satuan Polisi Istimewa Moh. Yamin.


Perobekan Bendera di Hotel Yamato

 Perobekan Bendera 3 Warna di Hotel Yamato

20 September 1945
·         Sebuah rumah kediaman seorang perwira Jepang di Princesselaan 1 diambil alih para pemuda. Dari rumah tersebut para pemuda bersepakat untuk menjadikan rumah tersebut sebagai Markas Besar Pemuda Republik Indonesia. Pengambil alihan rumah tersebut dilakukan oleh Pemuda Djamal, Pramoedji, Soerjono, Soedjono, Dimjati, Soewardi, Des Alwi dan Karjono. Keesokan hari, jam 06.30 pagi sudah dibentangkan spanduk besar di depan gedung bertulis MARKAS BESAR PEMOEDA REPOEBLIK INDONESIA.


 21 September 1945
·         Rapat akbar diselenggarakan di Tambak Sari. Loekitaningsih sebagai salah satu pembicara mengucapkan tekad untuk mempertahankan Bendera Merah Putih selama-lamanya.

·         Berlangsung rapat pembentukan BKR Pelajar di Gedung SMT jalan Darmo 49.  Keesokan harinya BKR Pelajar diresmikan oleh Soengkono dan dibagi dalam beberapa kelompok . BKR Pelajar memiliki anggota 1300 orang dilatih oleh Pasukan Polisi Istimewa pimpinan M Yasin. Selanjutnya pasukan pelajar tersebut diresmikan Soengkono pada tanggal 19 Oktober sebagai BKR Kota, Darmo 49 Surabaya.


22 September 1945
·         Para pemoeda yang menjadi pembicara di Rapat Akbar Tambaksari 21 September ditangkap oleh Kempetai yang terkenal bengis. Gubernur Soerjo segera turun tangan. Melalui perundingan yang alot,  akhirnya para pemuda tersebut berhasil dibebaskan persis saat tengah malam.


23 September 1945
·         Sesudah melakukan Rapat Akbar di Tambak Sari, Angkatan Moeda Indonesia mengadakan rapat di Pavilyun Gedung Nasional Indonesia Jalan Bubutan. Dalam rapat tersebut, diputuskan untuk meleburkan AMI dengan PRI (Pemoeda Republik Indonesia) yang telah dibentuk pada tanggal 20 September 1945. Struktur organisasi PRI cukup modern pada masa itu. Terdapat Ketua, Ketua I, Ketua II, Sekretaris, Bagian Keuangan, Bagian Pertahanan, Bagian Penyelidik dan Combat Intelligence, Bagian Angkutan, Bagian Pelajar, Bagian Sosoal dan Wanita, Bagian Penerangan serta Bagian Propaganda dan Komunikasi.

·         Proses pendirian Pemoeda Republik Indonesia mendoro pendirian PRI-PRI di kota-kota diberbagai daerah. Surabaya sebagai kota pelabuhan dan kota dagang yang maju pada masa itu menyebabkan banyak pemoeda dari luar kota dan luar pulau tinggal di Kota Surabaya. Para pemoeda dari luar kota dan luar pulau ini juga banyak membantu pergerakan para Pemoeda di Surabaya pada saat itu. Mereka membaur dan berjuang bersama-sama Pemoeda Surabaya.

·         Selain struktur organisasi yang sudah modern, PRI juga membagi-bagi wilayah untuk keperluan pertahanan. Wilayah-wilayah tersebut adalah PRI-Utara, PRI Tengah dan PRI Selatan. Selain itu PRI juga dilengkapi satuan setingkat Kompi dengan tugas ganda. Sebagai penyelidik sekaligus mengawal Markas Besar. Markas Besar PRI kemudian beralih ke Simpang Societiet (Gedung Pemuda sekarang).

·         Peristiwa penting lain yang terjadi pada tanggal 23 September 1945 adalah tiba di Surabaya Captein P.J.G.Huiyer (Belanda). Huiyer dikirim oleh Laksamana Helfrich (komandan Angkatan Laut Hindia Belanda untuk mengurusi kembali daerah jajahannya). Huiyer memerintah Jendral Iwabe (panglima Angkatan Darat Jepang di Jawa Timur) menyerahkan Angkatan Laut Jepang (kaigun) di Tanjungperak dalam surat serah-terima hitam di atas putih.
·         Setelah mendapat surat serah-terima pangkalan Angkatan Laut Jepang di Tanjungperak, Huiyer terbang meninggalkan Surabaya menuju Jakarta via Balikpapan. 

·         Huiyer memberikan informasi kepada Admiral CEL Helfrich, The C-in-C Netherlands Forces in The East, angkatan laut Belanda yang bergabung dengan Sekutu bahwa penduduk Surabaya tidak memiliki kekuatan militer. Informasi ini kelak yang menyesatkan pihak Sekutu. Bahwa secepat kilat dalam 10 hari kedepan, seluruh kekuatan militer Jepang telah jatuh ke tangan para Pemuda.


25 September 1945
·         PRI bagian pertahanan semakin berkembang. Kekuatan semakin bertambah seiring dibentuknya pasukan reguler berkekuatan tetap setara 4 kompi dan dipimpin oleh bekas Shodancho PETA Trenggono dan Shocho Heiho Salimin.


26 September 1945
·         Dipimpin oleh Bung Tomo, para pemuda mengepung Markas Don Bosco yang merupakan gudang senjata. Don Bosco telah dikepung oleh para Pemuda bersenjata bambu runcing, senjata tajam dan senjata seadanya. Mereka para pemuda kampung dan para pelajar yang telah yakin bahwa kini tiba saatnya dilancarkan aksi perebutan senjata. Mengingat aksi-aksi sebelumnya telah berhasil dilaksanakan. Yaitu aksi penyitaan semua kendaraan roda empat, truk dan berbagai macam kendaraan yang digunakan oleh Interniran, Jepang dan Indo Belanda untuk kepentingan revolusi. 

·         Melalui diplomasi, Bung Tomo membujuk Komandan Tangsi Don Bosco Mayor Hashimoto untuk menyerahkan persenjataan yang disimpan dalam gudang senjata Don Bosco. Hashimoto meminta agar  dihadirkan pembesar Republik yang bertanggung jawab atas keamanan. Kemudian menyusul hadir ditempat Suyitno (keybondan/Barisan Pencegah Bahaya Udara), Mochammad (Daidantyo PETA Sidoarjo) sebagai wakil BKR serta beberapa perwakilan Markas Besar PRI termasuk Djamal. Hadir pula di tempat wakil Kempetay.

·         Perundingan belum tercapai. Tetapi Mayor Hashimoto berjanji akan menyerahkan  persenjataan kepada Rakyat dan Pemuda Surabaya setelah Pimpinan Tertinggi Panglima Balatentara Nippon di Jawa Timur mengetahui apa yang terjadi. Rakyat berhasil di minta untuk membubarkan diri dan akan kembali keesokan harinya.


27 September 1945
·         Pagi hari Rakyat dan para pemuda sudah mengepung Don Bosco. Sementara itu hadir M. Yasin Komandan Polisi Istimewa sebagai wakil dari pemerintah. Pada satu sisi Panglima tertinggi Nippon di Jawa Timur memerintahkan untuk tetap menjaga keamanan. Itu berarti Hashimoto tidak boleh menyerahkan persenjataan di tangan rakyat. Sementara kondisi riil sangat sulit. Hashimoto bertanya apakah Pemerintah Daerah Republik Indonesia menyatakan sanggup menjaga keamanan. M Yasin menyatakan sanggup dan segera dibuat surat serah terima. Dengan demikian serah terima persenjataan dan amunisi di Gudang Don Bosco dapat berlangsung secara damai. Peristiwa di Don Bosco kemudian menjadi model peralihan kekuasaan berbagai instansi yang dikuasai Jepang ke tangan Republik. Seperti Radio Soerabaja, Rumah Sakit Angkatan Perang Nippon Karangmenjangan dan masih banyak lagi.


·         Hampir secara serentak, rakyat berbondong-bondong mengepung tempat-tempat strategis tempat penyimpanan senjata Jepang. Kitahama Butai Lindeteves yang menjadi tempat perbaikan persenjataan berat Jepang. Hingga diperoleh meriam dan persenjataan penangkis udara. 

·         Pengepungan dan penyerbuan untuk melucuti Jepang juga dilakukan rakyat pada komplek Elektronika Kaliasin, asrama Sambongan Semoet, Pabrik Mesin di Ngagel, markas Jepang di Gunungsari serta angkalan Udara Moro Krembangan. 

·         Secara resmi, Radio Soerabaja telah berganti menjadi Radio Repoeblik Indonesia. Serah terima dilakukan oleh Moromoto kepada Residen Soedirman.  Pada acara serah terima tersebut, Gubernur Soerjo berpidato menjelaskan betapa pentingnya peran radio untuk menggelorakan semangat perjuangan.


28 September 1945
·         Markas Kaigun, Angkatan Laut Jepang di Gubeng juga tak luput dari sasaran rakyat dan pemuda Surabaya. Untuk pertama kali penyerbuan juga menggunakan persenjataan yang telah dimiliki. Senapan mesin ditempatkan diatas jembatan Viaduk Goebeng. Dari posisi tersebut Markas Kaigun dihujani tembakan senapan mesin. Massa rakyat mendesak maju dari arah timur rel kereta api, serta dari arah selatan.  Sebagian menggunakan senjata api dan sebagian menggunakan senjata tajam dan bambu runcing. Sementara tentara Jepang dari markas Kaigun melepas tembakan ke arah sisi pertahanan mereka yang bisa menjadi jalur masuk massa rakyat. Pengepungan ini  kemudian terdengar oleh BKR Surabaya Soengkono. 

·         Tentara Laut Jepang di Markas Kaigun sebenarnya tidak mengerahkan kemampuan sepenuhnya karena tidak menggunakan peralatan berat yang mereka miliki, mungkin mereka menyadari tidak ingin pada pengepungan ini jatuh korban jiwa di sisi massa rakyat sehingga mengakibatkan kemarahan yang lebih besar lagi. 


·         Soengkono segera berinisiatif menemui Laksamana Muda Laut Shibata. Dengan berdiplomasi Soengkono mengatakan bahwa Rakyat Surabaya tidak ingin membunuh saudara tua mereka. Laksamana Shibata pun merasa tersanjung dan menerima jaminan tersebut serta bersedia menyerahkan persenjataan yang dimiliki untuk diserahkan kepada Republik.

·         Huijer kembali datang ke Surabaya dan sangat terkejut dengan perubahan yang terjadi. Satu persatu kekuatan Jepang berjatuhan ke tangan Republik. Segala aksi dan manuver Huijer mengatas namakan sebagai perwakilan Sekutu. Termasuk memaksa Jenderal Iwabe dan Laksamana Muda Shibata untuk menyerahkan kekuasaan Jepang kepada Sekutu melalui Huijer. Justru inilah kesalahan paling fatal Huijer karena Pihak Republik tidak percaya Huijer dan menganggap Huijer bertindak atas kepentingan NICA, bukan Sekutu. 

·         Huijer menginap di Hotel Yamato, setelah kehilangan mobil dan uang, terpaksa Huijer kembali ke Jakarta pada tanggal 9 Oktober naik kereta api karena semua penerbang pesawat di Morokrembangan telah ditawan Pemuda Republik. Selama perjalanan, Huijer mengaku sebagai orang Inggris. Tetapi sampai di Kertosono Huijer ketahuan karena mengumpat dalam bahasa Belanda. Huijer ditangkap dan ditahan di Kertosono. Keesokan harinya 10 Oktober Huijer dibawa ke Surabaya. Namun pada saat melewati Jombang, Rakyat menurunkan Huijer dan diturunkan di Stasiun Jombang. Jam 13.00 Huijer diangkut menuju Surabaya menggunakan bus dan dikawal oleh Pemuda dan dibawa ke bekas Kantor Konsulat Inggris di Jalan Kayoon.  Huijer diperingatkan untuk tidak melarikan diri.

·         Setelah melalui pemeriksaan dan bukti-bukti yang ditemukan, Huijer ditemukan bekerja untuk NICA bukan untuk sekutu. Akhirnya Huijer dimasukkan ke penjara Kalisosok.


29 September 1945
·         Terjadi pengepungan di gedung HVA oleh massa rakyat. Tembak menembak terjadi antara Jepang dan massa. Hingga pada tanggal 30 September 1945 pukul 5.00,  Doel Arnowo selaku pimpinan Komite Nasional Indonesia Surabaya mengirim utusan kepada Jenderal Iwabe selaku Panglima Pertahanan Angkatan Darat Jawa Timur. Akhirnya kedua belah pihak sepakat berdamai. Pihak Jepang bersedia menyerahkan Persenjataan di Gedung HVA setelah kedua pihak menandatangani naskah serah terima.


1 Oktober 1945
·         Pagi hari 1 Oktober 1945, Massa rakyat sudah mengepung Markas Kempetai di depan Kantor Gubernur. Pemuda menempatkan Mitraliur dan Senapan mesin diatas kantor Gubernur. Sementara dari PRI pusat menempatkan senapan mesin dari arah Viaduct. Tembak menembak pun tak terelakkan. Korban mulai berjatuhan.  Hingga para pemuda menghubungi Jenderal Iwabe.  Jenderal Iwabe pun kemudian bersedia memerintahkan Komandan Kempetai Surabaya untuk melakukan Cease Fire. Total 40 korban jiwa. Di pihak Indonesia gugur 25 orang, dipihak Jepang tewas 15 orang. Sementara 81 orang luka-luka baik di pihak Indonesia maupun Jepang, diantaranya adalah Abdul Wahab kepala BKR Karesidenan Surabaya.


2 Oktober 1945
·         Markas Besar Angkatan Laut Jepang dikepung massa rakyat dipelopori ooleh BKR, Polisi Istimewa, PRI dan BKR-Peladjar. Penyerbuan di Markas Besar Angkatan Laut Jepang Embong Woengoe tak membawa hasil karena tidak ditemukan senjata.
·         Residen Soedirman atas nama Gubernur Jawa Timur mengeluarkan pernyataan bahwa
o   kini sudah saatnya pemerintahan di Surabaya mengurus pemerintahannya sendiri dan hanya menerima perintah dari Pemerintah Poesat Repoeblik Indonesia.
o   Segala urusan dengan sekutu harus dirundingkan dengan pemerintahan di Surabaya


7 Oktober 1945
·         Pagi hari massa rakyat sudah mengepung Pangkalan Laut Jepang Oedjoeng. Massa rakyat semakin terampil dalam melakukan penyerbuan sehingga serbuan tidak dilakukan secara membabi buta. Penyerbuan dilakukan dari 3 penjuru dan dengan mudah massa rakyat menguasai pangkalan Oedjoeng. Kemudian secara resmi Laksamana Muda Shibata menyerahkan pangkalan laut tersebut kepada Residen Soedirman yang bertindak atas nama Gubernur Jawa Timur. Setelah menguasai Oedjoeng, pemuda segera menuju Pulau Njamoekan sekitar 20 mil dari Pelabuhan Oedjong dan mengambil alih pangkalan laut cadangan disana.


12 Oktober
·         Bung Tomo kembali dari Jakarta dan mendapat restu untuk mendirikan Radio Pemberontak. Pendirian Radio Pemberontak ini bersifat strategis untuk membakar semangat perlawanan Rakyat. Sebaliknya RRI yang bersifat resmi dan mewakili Pemerintah Pusat. Tidak mungkin RRI membakar semangat Rakyat karena sikap Pemerintah Pusat masih bersifat kooperatif dengan Sekutu. Radio Pemberontak yang didirikan oleh Bung Tomo sebenarnya juga atas restu menteri Penerangan adalah strategi lain pemerintah pusat dan Bung Tomo untuk tetap membakar semangat arek-arek Suroboyo. Jangan sampai karena sikap resmi pemerintah yang berusaha berdamai dengan sekutu dapat melunturkan semangat revolusi arek-arek Suroboyo.


Bung Tomo

·         Tetapi siaran-siaran Bung Tomo yang khas membakar semangat arek-arek Suroboyo, selalu diiringi lagu khas dari Hawai berjudul Tiger Ray semakin menunjukkan bahwa Radio Pemberontak tidak mewakili suara pemerintah pusat.

·         Lagu Tiger Ray adalah atas pilihan Des Alwi yang ahli dalam urusan pemancar radio. Hingga Radio Pemberontak memiliki sendiri pemancar Radio, Tiger Ray selalu mengiringi setiap siaran Bung Tomo. 

·         Selama belum memiliki pemancar sendiri, Radio Pemberontak bekerja sama dengan RRI seolah-olah RRI me-relay siaran Radio Pemberontak, padahal Bung Tomo melakukan siaran di Studio RRI di Embong Malang (sekarang hotel Shangrilla).


20 Oktober
·         Radio Pemberontak pimpinan Bung Tomo akhirnya memiliki perangkat pemancar sendiri hasil pemberian perangkat radio dari RRI Surabaya.


22 Oktober 1945
·         Diperoleh Informasi pendaratan tentara Inggris melalui kantor Berita Antara Surabaya Aminoeddin Loebis.  Informasi disampaikan ke Markas Besar PRI di Simpang Societet. Kekuatan tentara sekutu yang akan mendarat adalah kekuatan 1 Resimen atau sekitar 6000 tentara. 

·         Sebelumnya, Sikap resmi Pemerintah Pusat melalui menteri luar negeri Achmad Soebardjo tentang kedatangan Tentara Sekutu di Surabaya agar rakyat Surabaya bersikap tenang dan netral. Sikap ini pasti tidak dapat dimengerti Rakyat Jawa Timur khususnya Surabaya. Akhirnya secara berterus terang , menteri Soebardjo mengatakan masih terus bernegoisasi dengan Mayjend Hawthorn dan belum ada titik terang. Maka segala keputusan terserah kepada rakyat Surabaya. “Terserah jullie yang berada di Jawa Timur”

·         Markas PRI segera membentuk tim penghubung.Kyai Hasyim kemudian memerintahkan KH Wahab Chasbullah, KH Bisri Syamsuri, dan kiai lain untuk mengumpulkan kiai se-Jawa dan Madura. Para kiai dari Jawa dan Madura itu lantas rapat di Kantor PB Ansor Nahdlatoel Oelama (ANO), Jalan Bubutan VI/2, Surabaya, dipimpin Kiai Wahab Chasbullah pada 22 Oktober 1945. Pada 23 Oktober 1945, KH Hasyim Asya’rie atas nama Pengurus Besar NU mendeklarasikan seruan jihad fi sabilillah, yang kemudian dikenal dengan Resolusi Jihad


25 Oktober 1945
·         Sekutu mendarat pada malam hari dan dilanjutkan hingga pagi hari. Melalui perdebatan dan ketegangan akhirnya dicapai kesepakatan pada tanggal 26 Oktober 1945 antara Sekutu dipimpin Mallaby dan para Pemuda dipimpin Residen Soedirman. 


Brigjen WS Mallaby

26 Oktober 1945
·         6000 Tentara  Mallaby mendarat dan menempati titik-titik strategis di Surabaya. Penduduk Surabaya menyambut dengan dingin beserta kewaspadaan yang tinggi


27 Oktober 1945
·         Kesepakatan antara Mallaby dan Residen Sudirman akhirnya harus kandas karena Mayjend Hawthorn mengeluarkan ultimatum kepada rakyat di Surabaya untuk menyerahkan persenjataan yang dirampas dari tangan Jepang. Mallaby merasa ditampar dan dipermalukan karena ultimatum itu disebarkan melalui pesawat yang terbang langsung dari Batavia. Perdamaian antara tentara Mallaby dan Republik terancam.
·         Mallaby tidak dapat menolak perintah atasannya Mayjend Hawthorn. 


28 Oktober 1945
·         Pecah clash pertama tentara Inggris melawan Rakyat Surabaya. Pertempuran dimulai pada pukul 5 sore. Pertempuran berlangsung serentak di seluruh penjuru kota Surabaya.
·         Kekuatan tentara Mallaby yang terpecah-pecah tidak mampu menahan gempuran rakyat di Surabaya.


29 Oktober 1945
·         Soekarno, hatta dan Amir Sjarifuddin datang ke Surabaya menggunakan pesawat RAF. Soekarno datang atas permintaan Jenderal Christinson karena desakan Mallaby. Mallaby meminta diselenggarakan gencatan senjata bila tidak ingin tentaranya menyerah aatau hancur total ditangan para Pemuda di Surabaya.
·         Kesepakatan sementara tercapai, gencatan senjata mulai diberlakukan. Tetapi tembak-menembak masih berlangsung.

Perundingan Gencatan Senjata Surabaya Sukarno, Mallaby dan Hawtorn

 Perundingan Genjatan Senjata Soekarno dan tentara Inggris di Surabaya


30 Oktober 1945
·         Jenderal Hawthorn tiba di Surabaya untuk melaksanakan perundingan dengan Soekarno.
·         Perundingan berlangsung di Gedung  Grahadi. Segera setelah kesepakatan tercapai, Hawthorn dan Rombongan Soekarno kembali ke jakarta.

·         Dibentuk Biro Kontak untuk menyebarkan gencatan Senjata, Tapi naas, dalam usaha penyebaran informasi gencatan senjata, Mallaby justru tewas di Jembatan Merah.
Gedung Internatio Jembatan Merah
 Gedung Internatio Jembatan Merah

·         Penyebabnya adalah Tentara Inggris menyulut aksi tembak-menembak karena terlebih dahulu menembakkan mortir kearah rombongan mobil pada saat proses negoisasi masih berlangsung antara perwakilan Republik dan Tentara Inggris yang terkepung di Internatio.


Mobil Mallaby Jembatan Merah

·         Mobil Mallaby

 `Para tokoh pemuda segera mengamankan diri, sementara Mallaby terjebak di dalam mobil yang dinaikinya. Mobil itu sebenarnya mobil dinas Residen Soedirman.

·         Mallaby ditembak oleh pemuda tidak dikenal dari jarak dekat dengan menggunakan pistol. Kemudian mobil Mallaby terbakar oleh ledakan granat yang berasal dari pengawalnya sendiri.
 
Peristiwa ini menimbulkan kemarahan besar dari Pihak Inggris. Inggris mengancam akan menghukum Surabaya. Segera saja Inggris menggelar kekuatan di Pangkalan Oedjoeng dan menambah kekuatan mereka disana. Tanggal 7 November Mayor Jenderal Mansergh telah mengeluarkan ancaman kepada pimpinan di Surabaya. Tanggal 9 November 1945 jam 11 siang, Mansergh mengeluarkan dua surat dan ditujukan kepada Mr. RMTA Soerjo. Surat pertama tentang Ultimatum Sekutu. Surat kedua tentang penjelasan ultimatum tersebut. 

Mayor Jenderal Mansergh

 Mayor Jenderal Mansergh

Tanggal 9 November 1945 jam 1 siang, pesawat-pesawat Inggris mulai menyebarkan pamflet ultimatum diatas kota Surabaya.